Mustafa Chamran karya Habibah Ja'fariyan

“Mungkin ku tak mampu mengusir kegelapan ini, 
tapi dengan nyala redup ini. 
Kuingin tunjukkan beda gelap dan terang. Kebenaran dan kebatilan. 
Orang yang ikuti cahaya meski redupnya nyala, akan besar di hatinya,” 

Kuingin Ghadeh melihatku bak sebatang lilin-lemah-kecil.
Yang menyala dalam gelap hingga akhir hayatnya.
Dan dia beroleh manfaat dari cahayanya untuk masa nan singkat.
Kuingin dia merasakanku bak angin surgawi yang berembus dari langit.
Yang membisikkan kata-kata cinta dan terbang menuju kata tanpa batas...

Bait "puisi-cinta" di atas adalah milik Musthafa Chamran, seorang pejuang kemerdekaan dan tentara yang piawai dan masyhur di dua front pertempuran: Libanon Selatan dan Iran! Ya, kata­
kata lembut nan romantis untuk sang kekasih: Ghadeh.

Bila seorang pemuda bodoh dan cengeng melontarkan kata-kata seperti itu, mungkin itu biasa saja. Tapi bila terucap dari lisan seorang pejuang tangguh yang dikenal oleh kawan maupun lawan, yang lebih besar-setidaknya bagi penyunting-bila dibandingkan dengan Che Guevara, maka itu sungguh luar biasa. Bagaimana mungkin, seseorang yang menghabiskan hari­harinya dalam kancah perjuangan dan medan pertempuran, masih mau menyisakan "hati" untuk ditanami benih kelembutan dan spiritualitas!

Buku ini mengisahkan perjalanan hidup Mustafa Chamran yang penuh perjuangan. Ia merupakan seorang pejuang gerilya Iran dan juga pendidik bagi anak-anak yatim piatu di Lebanon Selatan.

Tapi begitulah Chamran, yang selalu hidup di bawah bayang idola dan pemimpin pujaannya, Imam Khomeini dan Imam Ali bin Abi Thalib. Dua yang disebut terakhir ini adalah tokoh yang mampu memadukan dua hal yang bagi sebagian orang tampak bertentangan: kelembutan dan kekerasan, kezuhudan dan keksatriaan, tempat ibadah dan medan pertempuran.

“Perannya sebagai pejuang Iran membuat kehidupan Mustafa dekat dengan maut. Namun, ia juga aktif dalam mendidik anak muda, anak-anak yatim piatu Lebanon untuk bersatu dan membangun kekuatan demi melawan pasukan penjajah Israel,”.

Ceritanya berlanjut saat Mustafa bertemu dengan Ghadeh. Ghadeh merupakan seorang wanita muda dan kaya. Awalnya, kisah cinta mereka ditentang oleh orang tua Ghadeh. Namun, saat melihat kebaikan Mustafa, orang tua Ghadeh pun memberi restu kepada pernikahan mereka.

Membaca buku ini, Anda akan menemukan sisi lain Mustafa Chamran, juga medan pertempuran di Libanon Selatan (selama masa-masa kerasnya pendudukan Israel atas negeri ini) dan sesi awal perang yang dipaksakan Saddam atas Iran (dalam perang Irak-Iran, 1980-1988).

Detail Buku:

Judul: Mustafa Chamran
Penyusun: Habibah Ja'fariyan
Penerjemah: Najib Husain al-Idrus
Penerbit: Qorina, 2004
ISBN: 979-97510-5-5
Jumlah Hal: 129 Hal
Besar File: 3,40 Mb
Baca-Download: Google Drive